Rabu, 28 November 2012

persahabatan

  PERSAHABATAN 5 SERANGKAI

 “Anhy ada rapat osis kamu harus menghadirinya sekarang”, ajak Tias yang merupakan salah satu pengurus osis. Dengan terpaksa Anhy meninggalkan sahabat-sahabatnya menuju ruang rapat. Anhy merasa tak enak hati dengan sahabat-sahabatnya. Semenjak dirinya menjadi pengurus osis ia jarang lagi nongkrong bersama sahabart-sahabatnya. Walau terkadang Anhy masih ingin berbagi cerita dengan sahabatnya.
“tuh kan, belum lima menit Anhy bersama kita tapi udah pergi mengurus organisasinya lagi!” ketus Ila.
“Akhir-akhir ini Anhy sangat cuek sama kita. Dia terlalu sibuk dengan organisasinya. Kalau dia ada bersama kita paling hanya lima menit, trus dah pergi lagi” ucap Fhya Eka dengan nada kesal.
“sebenarnya kita ini dianggap apanya Anhy?” tambah Dirga.
“Akh.. sudahlah kawan. Cobalah pahami posisi Anhy sekarang. Mana mungkin dia mengerjakan sesuatu sekaligus dalam waktu yang bersamaan. Lagipula kita ini sahabatnya. Kita harus mengerti dia” ucap Fhya berusaha menenangkan sahabatnya.

Bagi Ila, Eka, Dirga, dan Fia, Anhy adalah sahabat yang sangat baik. Anhy selalu membagi pengetahuannya kepada mereka. Anhy adalah sosok yang periang dan humoris. Mereka menjalin persahabatan sejak SMA. Persahabatan mereka tumbuh secara alami. Setiap hari mereka selalu bersama-sama. Ke perpustakaan bersama, ke kantin bersama, dan mereka sangat kompak di sekolah. Hingga akhirnya mereka dijuluki sahabat 5 serangkai. Akan tetapi, semenjak Anhy menjadi pengurus osis, mereka jarang lagi nongkrong bersama.
“Aku merasa serba salah. Kenapa sahabat-sahabatku tak pernah berfikir kalau aku selalu menyempatkan waktuku walau hanya sedikit? Ah.. andai saja mereka mau mengerti aku.” Pikir Anhy saat mengikuti rapat osis.

Esok harinya, Anhy bertemu dengan Eka di kantin.masih dengan wajah ceria Anhy menghampiri Eka. Namun, kedatangan Anhy tak direspon oleh Eka.
“Hey, pada kemana Ila,Eka, Dirga dan Phya?” Tanya Anhy.
“Untuk apa kamu mencari mereka? Bukankah kamu sibuk mengurus organisasimu Anhy?”
“Maksud kamu apa Eka?”
“Heh Anhy, temen-temen sudah kecewa sama kamu.kamu sudah berubah Anhy. Kamu bukan lagi Anhy yang kami kenal. Sekarang kamu cuek sama kami dan hanya mementingkan organisasimu!”
Eka memalingkan wajahnya ia berusaha menyembunyikan kekesalannya. Dengan sekilas ia meninggalkan Anhy di kantin. Kata-kata Eka membuat Anhy semakin serba salah. Anhy menunduk sedih dihadapkan oleh dua pilihan.
“Asal kalian tahu, dimana pun aku berada aku selalu ingat kalian. Bahkan aku berusaha menyempatkan waktuku untuk kalian. Kenapa kalian tak juga memahami aku sahabat-sahabatku?” ucap Anhy dalam hati.

Tak ada lagi kekompakan. Anhy enggan menyapa sahabat-sahabatnya lagi. Ia tahu kalau sahabat-sahabatnya sedang kesal padanya. Kini mereka berada dalam kelas. Ila, Fhya, Dirga dan Eka saling mengobrol tanpa melihat Anhy. Kini Anhy duduk memisahkan diri dari mereka. Suasana menjadi keruh. Anhy sangat sedih. Walaupun ia berusaha untuk tersenyum.
“Assalamu alaikum, selamat pagi semua…”
Kedatangan Bu Seruni memecah suasana ketegangan di kelas. Bu Seruni yang merupakan guru akidah sangat fasih dan akrab dengan siswa saat mengajar. Hari ini, Bu Seruni bercerita panjang lebar tentang bagaimana menghargai orang lain. Sementara itu, Anhy tak begitu memperhatikan pelajaran. Ia masih memikirkan persahabatannya. Begitupun dengan Ila, Eka, Dirga, dan Fhya.
“Ok.. sampai di sini, ada yang ingin ditanyakan?” ucap Bu Seruni.
Anhy yang sejak tadi hanya diam, tiba-tiba mengacungkan tangan.
“Bu saya ingin bertanya, bagaimana kalau ada sahabat yang…”

Belum sempat selesai bertanya, tiba-tiba Anhy menutup wajahnya. Ternyata, ia berusaha menahan air matanya. Tanpa pamit, Anhy berlari meninggalkan kelas. Suasana kelas menjadi hening. Bu Seruni tampak kebingungan. Akan tetapi Bu Seruni mengalihkan perhatian siswa.
“Baik kita lanjut…”
Sambil menangis, Anhy berjalan tergesa-gesa ke suatu tempat. Ia tak lagi menghiraukan siswa yang memandanginya dengan keheranan. Anhy menuju mesjid. Setelah berwudhu Anhy melangkahkan kakinya masuk mesjid. Ia melihat di sekeliling masjid. Ia merasakan kedamaian di hatinya. Bagi Anhy Allah-lah satu-satunya tempat untuk mencurahkan segala isi hatinya. Dengan langkah pelan, Anhy mengambil mukenah lalu memakainya. Anhy shalat sangat khusyuk sampai menangis seolah-olah menumpahkan semua kesedihannya. Ia merasa tak berdaya di hadapan Rabb. Selesai salam Anhy berdoa, ”Ya Allah aku sangat smenyayangi sahabat-sahabatku. Aku ingin tetap bersama mereka walau dalam keadaan apapun. Tanpa mereka, duniaku tak lengkap. Ya Allah aku tak ingin mereka membenciku. Ya Allah berilah berilah persahabatn kami petunjuk agar bisa bersatu kembali…”
Usai shalat, Anhy menyimpan kembali mukenah. Ia merasa lebih tegar setelah shalat. Anhy melangkah menuju keluar masjid. Saat menghampiri pintu mesjid, tiba-tiba Anhy dikejutkan oleh Fhya. Fhya langsung memeluk Anhy sambil menangis.
“Anhy, maafkan aku dan teman-teman, kami tak bermaksud menyakitimu Anhy. Kami hanya tak ingin kehilangan kamu” ucap Fhya dengan suara tersedu-sedu.
“di mana sahabat-sahabat yang lain?” Tanya Anhy.

Tiba-tiba Ila, Dirga, dan Eka muncul di balik pintu mesjid dan memeluk Anhy. Mereka semua menangis dalam keharuandan meminta maaf pada Anhy.
“Kalian tak salah, justru aku yang meminta maaf pada kalian. Maafkan aku yah teman-teman. Aku ingin kita tetap sahabat walau dalam keadaan apa pun” ucap Anhy sambil menangis.
“maafkan keegoisan kami Anhy. Kami sadar kalau persahabatan tak mengenal jarak dan waktu. Mulai sekarang kami akan mengerti kamu Anhy” ucap Dirga.
Suasana menjadi haru. Meski mereka menangis, namun mereka merasa bahagia. Mereka kembali ceria dan saling bercanda. Sahabat 5 serangkai kini kembali kompak. Kejadian di masjid tak akan mereka lupakan. Anhy, Dirga, Ila, Fhia, dan Eka kembali menuju ke kelas. Anhy menoleh ke belakang. Pandangannya tertuju pada masjid.
“Terima kasih Ya Allah…” ucap Anhy.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar